Berhenti Mencari....Alasan

Seberapa sering kamu membuat alasan ketika seseorang menanyakan suatu hal yang kamu bahkan tak tahu jawabnya?

Saya? hmmm ssepertinya sering.

Ketika saya memutuskan suatu hal, banyak orang akan bertanya "Kenapa kamu melakukan hal itu?" lalu saya yang juga tidak paham akan menciptakan ribuan alasan yang setelah saya ucapkan saya merasa "Ish, serius nih fit?"

Semisal, baru-baru ini ketika saya memutuskanmelakukan sutu hal, banyak yang menyayangkan keputusan saya sambil bertanya "Kenapa?" lalu mengatakan hal-hal yang membuat saya akan berfikir ulang tentang keputusan yang saya ambil.

Kamu kamu kamu, tau ndak saya aja gak tau kenapa saya begitu.

Tumbuh dewasa maka saya semakin paham bahwa banyak orang dewasa yang sering menanyakan alasan mengenai satu dua atau banyak keputusan yang diambil orang lain.
Tiba-tiba saya rindu masa kecil, waktu saya melakukan apapun tanpa dikelilingi pertanyaan orang-orang tentang alasan alasan dan alasan (atau mungkin orangtua saya yang waktu itu sering ditanya hahaha).

Mungkin saya bahkan pernah bertanya ke orang lain tentang alasan alasan yang seharusnya tidak saya tanyakan.

Dititik ini, saya baru paham bahwa saya tidak pernah punya alasan untuk keputusan yang saya ambil. Walaupun sebelum mengambil keputusan saya akan menyepi, semedi di gunung suci terpencil, nangis-nangis berdoa pada Gusti dan akhirnya saya punya satu alasan kuat untuk mengambil sebuah keputusan namun pada akhirnya alasan itu tidak menjadi relevan lagi saat keputusan sudah terjadi.

Saat jatuh cinta dan kawan-kawan bertanya "Kok kamu mau sih sama dia?" apa jawaban kamu kamu kamu? bingungkan , karena kita nggak bisa mendeskripsikan kenapa kita cinta sama dia.

atau banyak pertanyaan lagi yang akan banyak menimbulkan alasan alasan tak beraturan.

Sungguh membuat alasan untuk menjawab pertanyaan lalu menjadi bumerang itu tidak mengasyikkan.

Saat kamu melakukan suatu hal diluar kebiasaan dan banyak orang yang bertanya mengenai alasannya. Sudahlah berhenti menjawab mereka, katakan saja dengan senyum atau dengan mata yang berbinar-binar bahagia. Bukankah itu lebih daricukup?

Komentar