Beri saya judul kak KAK KAK...........
Hai hai hai hai blog akuh, pembaca akuh *disambut laba-laba*
Nggak saya nggak mau minta maaf karena kelamaan gak nengok blog. Saya udah keseringan minta maaf HAHAHAHA *sombong*
Beberapa bulan ini saya lagi sibuk, berangkat pagi pulang sore lanjut nonton tipih terus tidur, padahal pingin ngeblog lagi huhuhu. Padahal setiap saat saya selalu punya banyak ide buat ditulis, tapi kok ya saya males nyalain laptop buat nulisnya.
Gusti....
Anyway, beberapa minggu yang lalu saya baru ke jogja, nengok adek saya yang kuliah disana. Saya sama adek cewek saya, Ais naik kereta dari stasiun Balapan Solo ke Lempuyangan, ambil tiket kereta pagi. Pas pulang, karena kesorean saya harus antri tiket kereta, beruntung sih saya sama adek dapat antrian agak depan.
Tiba-tiba ada ibu-ibu separuh baya yang masuk ke antrian di depan kami, berdiri dua barisan di depan kami dengan cueknya. Pertama saya kira ibu itu saudara dari mbak-mbak mahasiswa yang mengantri di depan kami, tapi perlahan-lahan mbak-mbak itu berada di belakang barisan ibu-ibu tadi sementara itu pak satpam tiba-tiba berteriak " TIKETNYA TINGGAL 13, YANG NGANTRI KELAMAAN JANGAN KECEWA KALO GAK KEBAGIAN!!!!" disambut dengan hah hah hah hah ? para pengantri
Apa yang dilakukan kami?
a. Menegur ibu tadi
b. Berbisik-bisik mengata-ngatai ibu tadi
c. Mengencangkan volume percakapan memprotes keberadaan ibu-ibu tadi
Dan saya memilih C sodara sodara, C !!!! *nangis* *malu*
Saya dan adek saya mengencangkan volume suara kami, sambil berkata "Ih, gak tau malu ibu itu", "Kasian nanti yang pada antri, tiket nya diambil ibu itu" bla bla bla bla etc.
Bok, bayangin yah cemen banget kan saya inih !!!!!
Saya dan adek saya hanya berkata "mbak, cepetan teguren" atau "is, cepet kamu teguren" (diulang terus sampai lebaran monyet) tanpa ada prakteknya
Sampai akhirnya saya memberanikan diri bertanya pada mbak-mbak mahasiswa yang diserobot tadi, hanya untuk memastikan bahwa dia bukan saudara ibu itu. HANYA SAMPAI DISITU keberanian saya bertanya.
Bayangan saya, kalau saya menegur ibu tadi lalu ibu itu marah-marah. Maka, orang-orang akan melihat kami dan menjadikan kami pusat perhatian. Tentu saya suka jadi pusat perhatian, tapi gak gini juga kali. Saya belum seberani mas-mas penghadang iringan moge penerabas lampu merah itu :(.
Yah, walau pada akhirnya saya masih kebagian tiket, tapi orang lain yang ikut antri dibelakang saya bagaimana? dan akhirnya saya baru tahu kalau ibu itu adalah seorang CALO ketika dia mulai mendekati beberapa orang sambil menawarkan tiketnya.
Seberapa sering sih kita melihat hal-hal seperti ini? membiarkan hal-hal keliru dengan alasan apapun.
Tanpa sadar mental kita (baca: saya) masih mental pemalu. Malu untuk melakukan hal yang benar, Malu untuk membenarkan hal yang salah. Terkadang kita lebih sering menghindari menyelesaikan suatu masalah daripada menghadapi dan menyelesaikan masalah itu sendiri. Bener kagak sodara-sodara???
Seberapa sering ketika kita melihat orang lain keliru, kita memilih membiarkan lalu dibelakangnya kita meng-seharusnya begini begini-kan orang itu di depan orang lain atau melihat perokok di ruang bebas rokok lalu kita hanya menggerutu dan berlalu begitu saja.
Seberapa sering kita menghindari menegur seseorang yang tidak kita kenal berbuat keliru dengan alasan malu atau pekewuh kalau dalam bahasa jawa?
Saya sedang mencari cara bagaimana saya sendiri bisa mengatasinya.
Nggak saya nggak mau minta maaf karena kelamaan gak nengok blog. Saya udah keseringan minta maaf HAHAHAHA *sombong*
Beberapa bulan ini saya lagi sibuk, berangkat pagi pulang sore lanjut nonton tipih terus tidur, padahal pingin ngeblog lagi huhuhu. Padahal setiap saat saya selalu punya banyak ide buat ditulis, tapi kok ya saya males nyalain laptop buat nulisnya.
Gusti....
Anyway, beberapa minggu yang lalu saya baru ke jogja, nengok adek saya yang kuliah disana. Saya sama adek cewek saya, Ais naik kereta dari stasiun Balapan Solo ke Lempuyangan, ambil tiket kereta pagi. Pas pulang, karena kesorean saya harus antri tiket kereta, beruntung sih saya sama adek dapat antrian agak depan.
Tiba-tiba ada ibu-ibu separuh baya yang masuk ke antrian di depan kami, berdiri dua barisan di depan kami dengan cueknya. Pertama saya kira ibu itu saudara dari mbak-mbak mahasiswa yang mengantri di depan kami, tapi perlahan-lahan mbak-mbak itu berada di belakang barisan ibu-ibu tadi sementara itu pak satpam tiba-tiba berteriak " TIKETNYA TINGGAL 13, YANG NGANTRI KELAMAAN JANGAN KECEWA KALO GAK KEBAGIAN!!!!" disambut dengan hah hah hah hah ? para pengantri
Apa yang dilakukan kami?
a. Menegur ibu tadi
b. Berbisik-bisik mengata-ngatai ibu tadi
c. Mengencangkan volume percakapan memprotes keberadaan ibu-ibu tadi
Dan saya memilih C sodara sodara, C !!!! *nangis* *malu*
Saya dan adek saya mengencangkan volume suara kami, sambil berkata "Ih, gak tau malu ibu itu", "Kasian nanti yang pada antri, tiket nya diambil ibu itu" bla bla bla bla etc.
Bok, bayangin yah cemen banget kan saya inih !!!!!
Saya dan adek saya hanya berkata "mbak, cepetan teguren" atau "is, cepet kamu teguren" (diulang terus sampai lebaran monyet) tanpa ada prakteknya
Sampai akhirnya saya memberanikan diri bertanya pada mbak-mbak mahasiswa yang diserobot tadi, hanya untuk memastikan bahwa dia bukan saudara ibu itu. HANYA SAMPAI DISITU keberanian saya bertanya.
Bayangan saya, kalau saya menegur ibu tadi lalu ibu itu marah-marah. Maka, orang-orang akan melihat kami dan menjadikan kami pusat perhatian. Tentu saya suka jadi pusat perhatian, tapi gak gini juga kali. Saya belum seberani mas-mas penghadang iringan moge penerabas lampu merah itu :(.
Yah, walau pada akhirnya saya masih kebagian tiket, tapi orang lain yang ikut antri dibelakang saya bagaimana? dan akhirnya saya baru tahu kalau ibu itu adalah seorang CALO ketika dia mulai mendekati beberapa orang sambil menawarkan tiketnya.
Seberapa sering sih kita melihat hal-hal seperti ini? membiarkan hal-hal keliru dengan alasan apapun.
Tanpa sadar mental kita (baca: saya) masih mental pemalu. Malu untuk melakukan hal yang benar, Malu untuk membenarkan hal yang salah. Terkadang kita lebih sering menghindari menyelesaikan suatu masalah daripada menghadapi dan menyelesaikan masalah itu sendiri. Bener kagak sodara-sodara???
Seberapa sering ketika kita melihat orang lain keliru, kita memilih membiarkan lalu dibelakangnya kita meng-seharusnya begini begini-kan orang itu di depan orang lain atau melihat perokok di ruang bebas rokok lalu kita hanya menggerutu dan berlalu begitu saja.
Seberapa sering kita menghindari menegur seseorang yang tidak kita kenal berbuat keliru dengan alasan malu atau pekewuh kalau dalam bahasa jawa?
Saya sedang mencari cara bagaimana saya sendiri bisa mengatasinya.
Komentar
Posting Komentar