Perempuan dan Pendidikan.
"Mbak nanti kalau kamu nikah, pasangan kamu harus punya strata pendidikan yang lebih dari kamu?" Tanya adik cewek saya yang baru pulang dari kuliah di Jogja.
"Nggak, nanti kalau mbak mau menikah, ada banyak hal yang lebih penting daripada mikirin embel embel di belakang nama."
Pede banget ya saya? Ngejalanin aja belum hahahaha.
Adik saya cerita, dia dan teman-teman kuliah pernah ngobrol mengenai hal ini. Intinya adalah jadi perempuan jangan sekolah tinggi-tinggi nanti sudah dapat suami, soalnya cowok kan minder liat cewek lebih dari dia. Adik saya punya pendapat beda dengan teman-temannya, yang intinya nggak ada hubungan cewek sekolah sampai tinggi dengan masalah jodoh. Tapi karena adik saya kalah jumlah dan nggak mau berpendapat yang malah bikin suasana ribet, diem deh dia.
***
"Jangan sekolah tinggi-tinggi nanti susah dapat jodoh. Laki mana yang nggak minder ngelihat perempuan punya strata lebih tinggi dari dia?"
Saya nggak tau itu pemikiran dimulai dari siapa, tapi saya rasa itu nggak benar.
Saya pernah baca (dibaca dimana dan ditulis oleh siapa lagi-lagi saya lupa) ibarat kalau kamu itu berlian ngapain kamu harus merendahkan dirimu hanya untuk mendapat batu.
Maksud saya adalah jangan minder karena punya kelebihan sehingga harus "merendahkan" kemampuan diri sendiri.
Jangan karena takut kehilangan jodoh, kita para perempuan jadi memutuskan untuk tidak sekolah lebih tinggi.
Bagi saya, tidak semua orang menjadikan menikah sebagai tujuan hidupnya. Ada yang menjadikan ilmu pengetahuan atau bahkan uang sebagai tujuan hidupnya. Kita semua punya pilihan untuk melakukan apa yang kita inginkan tanpa terkungkung stigma sekolah tinggi bikin susah jodoh.
Tapi, saya juga tidak tahu mungkin diluar sana ada yang belum menikah karena alasan ini juga. Kita tidak benar-benar tahu keadaan seseorang karena itu kita tidak bisa mengeneralisir suatu keadaan.
Bagi saya, seorang perempuan, pendidikan adalah hal yang penting. Saat ini yang saya tahu banyak hal yang berubah dibanding jaman dahulu. Pendidikan akan membantu saya dalam mendidik anak-anak saya (kelak) yang lahir dijaman lebih maju dan saya yakin lebih heboh dibanding jaman dulu saat saya lahir dan tumbuh. Pendidikan akan membantu saya menghadapi timbulnya masalah sosial yang mungkin lebih mengerikan dibanding sekarang.
Lalu apakah saya akan mengecilkan posisi perempuan yang tidak memiliki pendidikan tinggi? Tentu tidak.
Lalu apakah perempuan yang berpendidikan tinggi tidak boleh atau tidak level dengan laki-laki yang tidak berpendidikan sama dengan perempuan? No, bukan itu maksud saya. Kelak saat menikah bukan embel-embel dibelakang nama yang paling penting.
Yang mau saya sampaikan adalah memiliki pendidikan lebih tinggi bukan berarti kita akan kehilangan jodoh kita, memiliki pendidikan lebih tinggi bukan berarti mengecilkan porsi laki-laki juga.
Karena itu selama ada kesempatan dan bisa dikompromikan, kenapa tidak?
Komentar
Posting Komentar